Lapadnews.com, Mandailing Natal (Sumut) - Perayaan tahun baru di desa selalu memiliki daya tarik tersendiri, dengan nuansa yang kental akan tradisi dan kebersamaan.
Berbeda dengan perayaan di kota-kota besar yang identik dengan pesta kembang api, masyarakat desa memilih untuk merayakan malam pergantian tahun dengan cara yang lebih sederhana namun penuh makna.
Salah satunya adalah dengan menggelar acara bakar ikan dan ayam, sebuah tradisi yang sudah turun-temurun.
Malam tahun baru di desa biasanya diisi dengan kegiatan berkumpul bersama keluarga, tetangga, atau teman dekat.
Api unggun menjadi pusat perhatian, sementara ayam, ikan, sosis, dan makanan lainnya yang mudah ditemukan di sekitar desa dibakar bersama.
Suasana hangat tidak hanya tercipta dari api unggun, tetapi juga dari tawa dan obrolan yang saling mengisi, mempererat tali persaudaraan di antara mereka.
Monang, seorang tokoh masyarakat Kabupaten Mandailing Natal, menyampaikan bahwa tradisi bakar-bakar di desa mengajarkan bahwa perayaan tahun baru tidak perlu selalu meriah dengan kemewahan. Kesederhanaan justru bisa memberikan kebahagiaan yang lebih nyata dan mendalam.
"Perayaan yang sederhana ini membawa kita lebih dekat dengan kebersamaan," ujar Monang saat diwawancarai.
Sementara itu, Ucok, salah satu warga yang tengah mengipas tungku api, turut memberikan harapannya untuk tahun baru.
"Semoga tahun baru ini tidak ada insiden besar maupun kecil yang menyebabkan masalah di Kabupaten Mandailing Natal," ucapnya dengan penuh harapan.
"Mari kita bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban agar Mandailing Natal tetap aman dan terkendali," tutup Ucok.
Perayaan tahun baru di desa, meski sederhana, sarat akan makna dan kebersamaan yang tak ternilai harganya.
Pewarta (*Magrifatulloh)
Social Header