Breaking News

Hadapi Krisis Air dan Modal, Pembudidaya Ikan Nila di Desa Muara Penimbung Bertahan dengan Kunyit dan Ketekunan

Hadapi Krisis Air dan Modal, Pembudidaya Ikan Nila di Desa Muara  Penimbung Bertahan dengan Kunyit dan Ketekunan

Lapadnews.com, Ogan Ilir - Krisis air dan minimnya modal tak menyurutkan semangat sejumlah warga Desa Muara Penimbung, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, untuk kembali menekuni budidaya ikan nila. Setelah beberapa tahun vakum akibat debit air yang menurun dan kerugian besar, para pembudidaya ikan mulai bangkit perlahan berkat kondisi perairan yang kini lebih stabil.

Ismail (43), salah satu pembudidaya ikan, mengaku kembali menjalankan usaha setelah melihat peluang pasar yang cukup menjanjikan. 

“Kalau nila ini cepat besar dan lebih gampang dijual di pasar,” ujar Ismail saat ditemui di lokasi kerambanya, Sabtu (25/10/2025).

Ia telah berkecimpung dalam usaha perikanan sejak 2010, namun sempat berhenti beberapa tahun karena minimnya modal dan air sungai mengering sehingga banyak ikan mati.

Hadapi Krisis Air dan Modal, Pembudidaya Ikan Nila di Desa Muara  Penimbung Bertahan dengan Kunyit

Menurut Ismail, musim kemarau panjang menjadi faktor utama turunnya kualitas air. Saat debit air sungai menyusut, oksigen berkurang drastis dan menyebabkan kematian massal ikan. 

Di sisi lain, harga pakan terus naik sehingga biaya produksi membengkak, sementara harga jual ikan tidak selalu stabil.

“Kalau air surut, ikan bisa mati. Jadi kami harus memastikan cuaca terlebih dahulu sebelum mengisi bibit ikan,” katanya.

Kini, Ismail berupaya bertahan dengan inovasi sederhana namun efektif. Ia memberi pakan ikan tiga kali sehari, dengan satu kali sehari ia mencampurkan kunyit alami yang sudah di parut untuk mencegah penyakit tanpa biaya obat-obatan mahal.

Selain menjaga daya tahan ikan, kunyit juga dipercaya membantu pertumbuhan lebih cepat. Sistem pemeliharaan dilakukan secara rutin dengan membersihkan keramba dari kotoran dan ikan mati.

Dalam satu periode pemeliharaan selama empat hingga lima bulan, Ismail mampu menghasilkan 4.000–5.000 kilogram ikan nila.

Pembudidaya Ikan Nila di Desa Muara  Penimbung
Mely Sagita Mahasiswi Universitas Sriwijaya melihat Kondisi debit air pada keramba
Usaha tersebut ia jalankan dengan skema bagi hasil bersama mitra penyedia modal. Hasil panen kemudian dijual ke pengepul dan pedagang di pasar tradisional sekitar Ogan Ilir dan Palembang.

Sementara itu, Yusuf, salah satu pembudidaya lain di desa tersebut, membenarkan bahwa kegiatan budidaya ikan mulai menggeliat kembali, meski belum seramai dulu.

“Saat ini baru beberapa warga yang aktif. Tapi kalau air stabil dan ada dukungan, saya yakin usaha ini bisa lebih berkembang lagi,” ujarnya.

Yusuf menambahkan, banyak warga sebenarnya ingin kembali membudidayakan ikan, namun terkendala biaya pembuatan keramba ikan, pembelian bibit, dan pakan.

Ia berharap adanya dukungan pemerintah daerah atau lembaga terkait berupa bantuan modal bergulir serta pelatihan berbasis praktik.

Harapan serupa disampaikan Ismail. Ia menilai pelatihan langsung di lapangan jauh lebih efektif dibanding teori semata.

“Kalau hanya teori saja, cepat lupa. Tapi kalau praktik langsung, hasilnya lebih terasa,” ucapnya.

Meski menghadapi tantangan cuaca dan keterbatasan modal, semangat pembudidaya ikan di Muara Penimbung menunjukkan kebangkitan sektor perikanan rakyat.

Dengan inovasi alami seperti penggunaan kunyit, kerja sama bagi hasil, dan ketekunan dalam perawatan, usaha kecil ini menjadi bukti ketahanan ekonomi desa.

Namun, untuk menjadikan kebangkitan ini berkelanjutan, dukungan permodalan dan pelatihan teknis berkelanjutan dari pemerintah dan lembaga terkait sangat dibutuhkan. (*red/Lp)


oleh : Mely Sagita (NIM 06151282328016) Program Studi Pendidikan Masyarakat, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya


Baca Juga
© Copyright 2022 - Lapad News (Kupas Tuntas Investigasi Terkini)