Breaking News

Bendera Berkibar di HUT RI ke-80, Tapi Kriminalitas Membayangi Mandailing Natal

Bendera Berkibar di HUT RI ke-80, Tapi Kriminalitas Membayangi Mandailing Natal

Lapadnews.com, Panyabungan – Mandailing Natal larut dalam euforia peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Jalanan dipenuhi masyarakat yang riang gembira menyaksikan karnaval dan devile. Di udara, Sang Merah Putih berkibar gagah, melambai seakan menjadi simbol kebanggaan seluruh rakyat.

Namun, di balik gegap gempita itu, kenyataan pahit tak bisa disembunyikan. Kriminalitas di Mandailing Natal kian meningkat: pembunuhan orang tua oleh anak kandung sendiri, pelecehan terhadap anak di bawah umur, hingga tragedi memilukan yang menimpa DIVA, seorang anggota Paskibra yang seharusnya berdiri tegak penuh kebanggaan di momen sakral kemerdekaan, justru harus meregang nyawa secara tragis.

Ketua Madina Kreatif Madani, Muhammad Ja’par, SKM, menyampaikan pernyataan penuh haru.

“Bayangkan, di saat orang-orang bersorak menyanyikan lagu kemerdekaan, ada seorang ibu yang hanya bisa menundukkan wajahnya basah oleh air mata. Ia kehilangan putrinya, DIVA, yang seharusnya menjadi bagian dari perayaan kemerdekaan ini. Hatinya hancur, dan kita semua bertanya: apakah ini arti merdeka? Apakah kita sudah benar-benar merdeka jika anak-anak bangsa justru menjadi korban kejahatan di tanah airnya sendiri?” ungkap Ja’par dengan lirih.

Lebih jauh, Ja’par menegaskan bahwa kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan, melainkan bebas dari rasa takut, bebas dari kejahatan, bebas dari narkoba, bebas dari korupsi, dan bebas dari kemiskinan.

Ketua Madina Kreatif Madani, Muhammad Ja’par, SKM

“Kemerdekaan seharusnya berarti seorang anak bisa pulang ke rumah dengan selamat, seorang ibu bisa tidur tanpa rasa was-was, seorang ayah bisa bekerja tanpa takut kehilangan mata pencaharian, dan generasi muda bisa tumbuh dengan harapan, bukan dengan ketakutan. Jika semua itu belum ada, maka tugas kita sebagai bangsa masih jauh dari selesai,” katanya.

Tragedi demi tragedi, tambah Ja’par, harus menjadi pengingat bahwa kemerdekaan sejati hanya dapat dirasakan jika masyarakat bersatu, peduli, dan berani saling menjaga.

“Bendera boleh berkibar setinggi langit, tetapi jika di bawahnya masih ada air mata yang jatuh karena kehilangan orang-orang tercinta akibat kejahatan, maka kita belum sepenuhnya merdeka. Mari kita satukan langkah, saling peduli, saling menjaga, dan berjuang agar tidak ada lagi tangis pilu di tanah Mandailing Natal. Inilah cara kita mengisi kemerdekaan dengan makna yang sebenarnya,” tutup Ja’par penuh harap.

Sebagai penegasan, Ja’par juga meminta perhatian serius dari pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan seluruh elemen masyarakat untuk mengambil langkah preventif yang nyata agar kejadian-kejadian tragis tidak lagi terulang.

“Kami menminta pemerintah dan aparat penegak hukum agar tidak hanya menindak pelaku kejahatan, tetapi juga membangun sistem pencegahan yang kuat—mulai dari edukasi, pengawasan, pembinaan generasi muda, hingga pemberdayaan masyarakat. Kriminalitas tidak boleh dibiarkan menjadi wajah Mandailing Natal. Kemerdekaan baru akan bermakna jika rakyat merasa aman, terlindungi, dan memiliki masa depan yang pasti,” pungkasnya.

(*Magrifatulloh).

Baca Juga
© Copyright 2022 - Lapad News (Kupas Tuntas Investigasi Terkini)