Breaking News

Membaca Tanda-Tanda Bunuh Diri Lewat Tulisan Tangan: Terapi Menulis Bisa Selamatkan Nyawa

Membaca Tanda-Tanda Bunuh Diri Lewat Tulisan Tangan: Terapi Menulis Bisa Selamatkan Nyawa

Lapadnews.com, Jakarta — Tragedi bunuh diri seorang mahasiswa kembali membuka mata banyak pihak akan pentingnya membaca tanda-tanda psikologis yang kerap terabaikan. Salah satunya, melalui tulisan tangan (05/07/2025).

Dalam dunia grafologi, tulisan bukan sekadar bentuk huruf, melainkan cerminan kondisi jiwa seseorang.

Sejumlah grafolog menyampaikan bahwa tulisan tangan dapat dianalisis dengan dua pendekatan utama: metode gestalt yang melihat tulisan secara keseluruhan, dan metode atomistik yang meneliti detail tiap huruf. Kombinasi keduanya dapat mengungkap kecenderungan psikologis yang dalam—termasuk depresi dan niat bunuh diri.

Membaca Tanda-Tanda Bunuh Diri Lewat Tulisan Tangan: Terapi Menulis Bisa Selamatkan Nyawa 2025

Dalam kasus mahasiswa tersebut, analisa grafolog menunjukkan berbagai indikator mengkhawatirkan:

1. Tekanan Tulisan: Cenderung berat, menunjukkan energi besar namun tidak stabil, mengarah pada tekanan batin.


2. Kemiringan Tulisan: Rebah bervariasi, tanda emosi yang labil dan konflik batin. Indikasi gangguan mood hingga bipolar.


3. Ukuran Tulisan: Kecil dan tidak stabil, mencerminkan rendahnya kepercayaan diri dan keengganan menghadapi masalah.


4. Spasi Kata dan Baris: Tidak beraturan dan bertabrakan, menunjukkan perencanaan yang buruk dan potensi perilaku tidak terduga.


5. Garis Dasar Tulisan: Menurun dan patah, indikasi kuat kondisi depresi dan kehilangan harapan. Beberapa kata bahkan menunjukkan pola khas tulisan orang yang hendak bunuh diri.


6. Zona Tulisan: Zona atas pendek, menggambarkan rendahnya spiritualitas dan visi jangka panjang. Orang menjadi berpikir pendek dan impulsif.



Secara atomistik, huruf-huruf seperti “a” dan “o” yang bersih menunjukkan kejujuran. Namun, bentuk huruf seperti “g”, “p”, dan “b” yang terbuka mencerminkan kemarahan dan masalah keuangan. Huruf “t” yang rendah menunjukkan rendahnya harga diri dan spiritualitas.

Penekanan berulang pada kata-kata seperti capek, masalah, khianat, salah, hingga tak kuat menandakan isi hati yang penuh tekanan dan keinginan kuat mengakhiri hidup.

Solusi dan Pencegahan:

Dari hasil analisa tersebut, terapi menulis disebut-sebut sebagai salah satu solusi paling sederhana namun efektif. Dengan menuliskan kalimat-kalimat positif seperti:

“Every day in every way, I’m getting better and better”

“Setiap hari dalam segala hal saya membaik dan terus membaik”

“Sekarang saya senang, gembira, bahagia dan selalu ada solusi”

...dan mengatur bentuk tulisan sesuai kaidah grafoterapi (misalnya baseline lurus, spasi rapi, bentuk huruf tertutup), maka terjadi tiga proses: katarsis (pelepasan emosi), penginputan (pemrograman pikiran), dan penguatan (pengukuhan pola baru).

“Gerakan terapi menulis bukan hanya soal estetika tulisan, tapi soal menyelamatkan hidup. Satu guru satu kelas bisa jadi awal Indonesia lebih sehat mental,” kata narasumber grafologi dalam keterangannya.

Ia pun membuka pintu bagi siapa saja yang ingin belajar dan menerapkan metode terapi menulis demi kesehatan jiwa yang lebih baik. Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat bisa menghubunginya via WhatsApp di nomor 0822-7922-2796.


Catatan Redaksi:
Bunuh diri adalah isu serius. Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami tekanan psikologis atau tanda depresi, segera hubungi profesional kesehatan mental atau layanan darurat terdekat. Ada harapan. Selalu ada yang peduli. 


(*Hardi)

Editor: Red/lapadnews

Baca Juga
© Copyright 2022 - Lapad News (Kupas Tuntas Investigasi Terkini)