Lapadnews.com, Palembang – Kegiatan presentasi perusahaan alat kesehatan (alkes) yang digelar di Ballroom Hotel Aryaduta, Palembang, Rabu (3/7/2025), memicu sorotan tajam dari para peserta dan pelaku industri.
Acara yang sebelumnya difasilitasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kini beralih ke tangan Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI), namun justru dibarengi dengan lonjakan biaya yang drastis.
Dalam acara tersebut, tiap perusahaan peserta dikenakan biaya Rp7 juta untuk satu unit stand dan sesi presentasi berdurasi hanya tiga menit kepada calon mitra dari rumah sakit. Padahal, pada tahun sebelumnya, kegiatan serupa dibiayai oleh Kemenkes dengan tarif hanya Rp500 ribu per peserta, serta waktu presentasi selama lima menit.
Salah satu peserta yang enggan disebutkan namanya mengeluhkan kondisi tersebut.
"Tahun lalu masih dicover Kemenkes, hanya Rp500 ribu dan dapat waktu 5 menit. Sekarang 7 juta dan cuma 3 menit presentasi. Kami tidak tahu manfaat nyatanya apa," ungkapnya kepada awak media.
Kritik juga muncul terkait transparansi pengelolaan biaya. Ketua Umum ASPAKI, Imam Subagyo, semula enggan memberi keterangan dan menyatakan tak mengetahui detail teknis kegiatan.
Namun setelah ditunjukkan data pembiayaan oleh wartawan, Imam membenarkan nominal Rp7 juta tersebut dan menyebut biaya itu digunakan untuk membayar hotel, makan, dan penginapan.
Namun pernyataan itu dibantah oleh beberapa peserta yang menyebut penginapan ditanggung sendiri oleh perusahaan. “Biaya 7 juta itu hanya untuk stand sederhana dan presentasi 3 menit, tidak termasuk penginapan. Hotel kami bayar sendiri,” jelas seorang peserta lain melalui pesan singkat.
Saat dikonfirmasi ulang, Imam tidak membantah koreksi tersebut, yang secara tidak langsung mengakui bahwa biaya tersebut tidak mencakup penginapan peserta.
Kegiatan ini dibuka oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan berlangsung selama tiga hari. Namun, menurut peserta, aktivitas efektif hanya berlangsung di hari kedua, saat sesi kunjungan rumah sakit dilakukan.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: Mengapa Kemenkes menyerahkan kegiatan strategis ini kepada asosiasi tanpa kontrol dan tanpa dukungan anggaran? Sejumlah pihak menilai ASPAKI terlalu memaksimalkan keuntungan dari kegiatan ini tanpa memperhatikan keseimbangan manfaat dan beban biaya terhadap para produsen alat kesehatan.
Jika dihitung, dengan 100 peserta, total biaya yang dihimpun ASPAKI mencapai Rp700 juta. Jumlah ini dinilai tidak sebanding dengan fasilitas dan manfaat yang diterima peserta.
Sejumlah pihak meminta agar Kemenkes mengevaluasi ulang kebijakan pelimpahan kegiatan ke asosiasi dan memastikan kegiatan serupa di masa depan lebih transparan dan berkeadilan.
Berita ini telah dikonfirmasi ke pihak terkait. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada penjelasan lanjutan dari pihak Kemenkes mengenai alasan pelimpahan kegiatan ke ASPAKI tanpa pendampingan regulasi dan pembiayaan. (*Hardi)
Social Header