Breaking News

Demam Boneka Bayi Realistis Guncang Brasil: Antara Terapi, Tren, dan Kontroversi Politik

Demam Boneka Bayi Realistis Guncang Brasil: Antara Terapi, Tren, dan Kontroversi Politik
YouTuber asal Brasil, Gabi Matos, mengungkapkan bahwa dirinya telah menyukai bayi dan boneka sejak masa kecil. Ketertarikannya itu membuatnya langsung jatuh hati pada boneka bayi dan memutuskan untuk menjadi 'ibu' dari sebuah boneka yang ia beri nama Ravi. Sejak memiliki Ravi, koleksi bonekanya terus bertambah hingga kini mencapai 22 buah. (Nelson ALMEIDA / AFP)

Lapadnews.com, Internasional - Fenomena boneka "bayi reborn"—boneka hiper-realistis yang menyerupai bayi manusia—tengah mencuri perhatian besar di Brasil.

Awalnya dikenal sebagai alat terapi emosional dan hiburan bagi kolektor, tren ini kini menjalar ke ranah yang jauh lebih serius: politik dan kebijakan publik.


Dikutip dari CNNIndonesia.com dan AP News, boneka reborn sering digunakan oleh komunitas "reborn mothers" untuk membantu mengatasi kesedihan atau sebagai media latihan merawat anak.

Namun, popularitasnya melonjak pesat berkat kehadiran para influencer yang membuat konten viral—mulai dari memandikan boneka di pusat perbelanjaan hingga membawanya berjalan-jalan layaknya bayi sungguhan.


Aksi-aksi ini menuai reaksi beragam dari publik. Ada yang menganggapnya menyentuh dan unik, tetapi banyak pula yang mengecamnya sebagai ajang pencarian perhatian.

Ketegangan meningkat ketika beredar video seorang perempuan membawa boneka reborn ke rumah sakit untuk memperoleh layanan medis. Meski demikian, otoritas kesehatan menegaskan tidak ada kasus resmi terkait hal itu.

demam boneka bayi mirip asli

Namun, pada sekitar April lalu, perdebatan mulai mencuat di tengah masyarakat. Warganet menganggap para pemilik boneka bayi tersebut tidak waras, setelah sebuah video viral menampilkan proses 'kelahiran' boneka bayi yang disimulasikan layaknya persalinan sungguhan. (Nelson ALMEIDA / AFP)

Isu ini bahkan telah memasuki ruang parlemen. Di negara bagian Amazonas, seorang anggota parlemen bernama Joao Luiz membawa boneka reborn ke gedung legislatif untuk mengusulkan larangan layanan kesehatan publik bagi boneka tersebut.

Sebaliknya, Dewan Kota Rio de Janeiro justru mengesahkan rancangan undang-undang untuk memberi penghargaan kepada para pengrajin boneka reborn, yang kini menunggu persetujuan akhir dari Wali Kota Eduardo Paes.


Tak semua pihak setuju bahwa isu ini layak menyita perhatian politik. Anggota Kongres Nasional, Talíria Petrone, menyuarakan kritik tajam terhadap fokus berlebih pada fenomena ini.

“Bisakah kita fokus pada hal yang benar-benar penting? Jika seseorang ingin punya boneka, biarkan saja,” ujarnya, dikutip dari AP News.

Sementara kontroversi berlangsung, komunitas penggemar boneka reborn tetap aktif dan solid. Dalam pertemuan tahunan di Taman Villa Lobos, São Paulo, puluhan "ibu reborn" berkumpul untuk merayakan kecintaan mereka terhadap boneka ini.

Mereka menekankan bahwa kemarahan publik seharusnya diarahkan pada influencer pencari sensasi, bukan komunitas penggemar yang menjalani hobinya secara sehat.

Kepopuleran ini turut berdampak pada industri lokal. Daniela Baccan, pemilik toko boneka reborn di Campinas, menyatakan bahwa permintaan terhadap boneka melonjak, baik online maupun offline.

Ia bahkan memperketat keamanan toko dengan pemasangan kamera tambahan dan sistem akses terbatas.


Harga boneka reborn di Brasil bervariasi, mulai dari 700 real (sekitar Rp1,8 juta) hingga 10.000 real (sekitar Rp25 juta), tergantung pada tingkat detail dan kemiripan boneka dengan bayi sungguhan.


Fenomena ini kini mencerminkan lebih dari sekadar tren: ia menjadi cermin kompleks dinamika sosial, budaya, dan bahkan politik di Brasil saat ini. (*red/lapadnews)

Baca Juga
© Copyright 2022 - Lapad News (Kupas Tuntas Investigasi Terkini)