![]() |
Tanaman Pangan (ilustrasi Bobby Mc Gee Lee via pexels) |
Lapadnews.com, Nasional - Dalam memperingati Hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober lalu, Indonesia dihadapkan pada ancaman krisis pangan global. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan ketahanan pangan nasional, terutama dalam memenuhi kebutuhan beras sebagai makanan pokok bagi 98,35 persen rumah tangga di Indonesia.
Produksi Padi Menurun Sejak 2015
Berdasarkan data FAOSTAT, produksi padi Indonesia mencapai puncaknya pada 2015 dengan 61,03 juta ton gabah kering giling (GKG).
Namun, produksi terus menurun, dan pada 2023 hanya mencapai 53,63 juta ton GKG atau setara 30,90 juta ton beras. Dengan jumlah penduduk 278,7 juta, konsumsi beras nasional tercatat sebesar 115,9 kilogram per kapita per tahun.
![]() |
Tanaman Padi (Robert Lens doc.pexel) |
Faktor Penyebab Penurunan Produksi
Penurunan produksi padi disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian, kerusakan lahan, dan perubahan iklim.
Sejak 2018, luas lahan sawah menyusut drastis menjadi 7,1 juta hektar, dibandingkan dengan rata-rata 8 juta hektar sebelumnya.
Pemanasan global memperburuk situasi. Menurut FAO, kenaikan suhu hingga 2-4 derajat Celsius dapat menurunkan hasil panen hingga 30 persen.
![]() |
Antisipasi Krisis Pangan 2045 (Foto Ilustrasi Krisis Pangan) |
Upaya Antisipasi dan Solusi
Pemerintah telah berupaya menahan laju alih fungsi lahan melalui UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Selain itu, program lumbung pangan juga dilakukan di Kalimantan Tengah, Sumba Tengah, dan Merauke.
Varietas seperti Mekongga yang tahan suhu tinggi dan Gamagora 7 yang tahan kekeringan merupakan contoh adaptasi terhadap perubahan iklim.
![]() |
Padi Gamagora 7, Varietas Padi Unggul Anak Negeri (doc:indonesiaupdate.id) |
Dalam pertanian presisi, teknologi cerdas seperti sensor tanah dan pengelolaan air berbasis data dapat meningkatkan efisiensi produksi.
Dilansir dari situs Kompas.id pada 13 Desember 2024 pukul 05.30 WIB, pemerintah juga menegaskan pentingnya penguatan peran petani muda melalui berbagai pelatihan dan program pemberdayaan.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan regenerasi di sektor pertanian, mengingat banyaknya petani yang berusia lanjut. Dukungan finansial melalui akses kredit dan bantuan teknologi juga menjadi fokus utama guna meningkatkan produktivitas pertanian.
Mewujudkan Ketahanan Pangan di Tahun Emas 2045
Ketahanan pangan Indonesia membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, petani, dan masyarakat. Ketergantungan pada impor beras harus dikurangi, mengingat negara pengekspor kemungkinan akan memprioritaskan kebutuhan domestik mereka di masa depan.
Dengan langkah-langkah konkret dan inovasi yang terus dilakukan, Indonesia dapat mengatasi potensi krisis pangan dan mewujudkan visi ketahanan pangan menuju Tahun Emas 2045.
Opini oleh Didik Indradewa, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Editor Sumber: Sri Hartati Samhadi, Yohanes Krisnawan. Dilansir dari Kompas.id, 13 Desember 2024, pukul 05.30 WIB.
Editor Publish: Redaksi/Lapadnews.com
Social Header